Liburan Seru di Dufan

 Liburan kali ini, ayah, ibu, abang, dan aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di Dufan. Sudah lama kami tidak pergi bersama, jadi semua sangat bersemangat. Pagi-pagi sekali, kami sudah bersiap-siap, membawa bekal makanan ringan dan air minum, lalu berangkat dengan mobil.

Begitu sampai di pintu masuk Dufan, suasananya sudah ramai. Wahana-wahana besar seperti kincir raksasa dan roller coaster terlihat dari kejauhan, membuatku semakin tak sabar. Ayah membeli tiket, lalu kami masuk. Aroma popcorn dan cotton candy langsung menyambut kami.

Tujuan pertama kami adalah Bianglala. Wahana itu tidak terlalu menegangkan, jadi cocok untuk pemanasan. Dari atas, aku dan abang bisa melihat seluruh area Dufan, bahkan laut di kejauhan. “Lihat, itu roller coaster!” seru abang, menunjuk ke arah wahana Halilintar. Aku mulai merasa sedikit gugup, karena pasti kami akan ke sana setelah ini.

Benar saja, setelah turun, abang langsung menarikku ke Halilintar. Ibu menolak naik, sementara ayah hanya tertawa dan berkata, “Kalian saja yang muda-muda.” Saat antrian, aku merasa gugup, tapi abang terus menyemangati. Saat akhirnya naik, aku memejamkan mata sepanjang perjalanan, sementara abang malah berteriak penuh semangat. Begitu selesai, aku hanya bisa berkata, “Ternyata seru juga!”

Setelah itu, kami mencoba wahana yang lebih santai, seperti Istana Boneka. Wahana ini adalah favorit ibu. Kami naik perahu kecil yang bergerak pelan, melewati boneka-boneka dari berbagai negara yang bernyanyi dan menari. Suasananya damai, dan aku sempat lupa dengan keseruan sebelumnya.

Siang harinya, kami istirahat di area piknik. Ayah mengeluarkan bekal nasi goreng yang ibu masak. Kami makan sambil tertawa, membahas momen lucu selama mencoba wahana tadi. Setelah kenyang, kami mencoba wahana air, Arung Jeram. Ayah dan ibu ikut kali ini. Tawa kami pecah saat air memercik dan membasahi baju kami.

Menjelang sore, kami mencoba beberapa wahana lagi, seperti Kora-Kora dan Tornado, meskipun ibu tidak berani ikut naik. Ayah yang biasanya tenang, justru terlihat ketakutan saat Tornado mulai berputar-putar di udara. Aku dan abang tidak berhenti tertawa melihat ekspresinya.

Ketika malam tiba, kami menutup hari dengan menikmati parade lampu. Lampu-lampu warna-warni menghiasi setiap kendaraan, dan karakter-karakter Dufan menyapa kami sambil menari. Aku merasa hari itu sempurna, penuh kebahagiaan dan kebersamaan.

Dalam perjalanan pulang, aku tertidur di mobil karena kelelahan. Sebelum benar-benar terlelap, aku mendengar ayah berkata kepada ibu, “Liburan seperti ini harus kita lakukan lebih sering.” Aku tersenyum dalam hati, berharap kami bisa kembali lagi ke Dufan suatu hari nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Liburan ke Rumah Nenek

Liburan ke Pangandaran

Tidak ada seblak favorit, Tetap asyik!